PUNCAK JAYA - Di tengah keheningan pegunungan Papua, di Kampung Mewoluk, Kabupaten Puncak Jaya yang terpencil dari gemuruh kota, sebuah pemandangan tak biasa tersaji. Kabut pagi belum sepenuhnya sirna ketika sosok-sosok berseragam loreng melangkah penuh arti. Mereka adalah personel Satgas Mobile Yonif 613/Raja Alam, bukan dengan senjata, melainkan dengan bekal buku, pena, dan ketulusan hati yang mendalam. Misi mereka mulia: menerangi masa depan anak-anak Papua melalui pendidikan.
Pada Jumat, (19/12/2025), sebuah halaman sederhana yang dibatasi hutan dan dibayangi langit menjadi saksi bisu. Anak-anak Papua, dengan wajah polos memancarkan rasa ingin tahu yang membuncah, berkumpul. Keterbatasan hidup tak mampu memadamkan semangat belajar mereka, bahkan lantai tanah pun tak menjadi halangan. Dengan suara sabar dan penuh kasih, para prajurit TNI mulai membimbing huruf demi huruf, angka demi angka. Setiap pelajaran terasa seperti doa yang tulus untuk generasi muda Papua.
Medan yang berat, fasilitas yang minim, dan jarak yang membentang jauh dari keluarga tak menyurutkan langkah para personel Satgas. Keyakinan mereka kuat: pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk memerangi ketertinggalan. Setiap huruf yang tertulis menjadi pondasi, setiap angka yang tergores adalah langkah awal menuju Papua yang lebih cerah dan bermartabat.
"Kami hanya bisa membalas dengan doa. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melindungi setiap langkah bapak-bapak TNI dalam menjalankan tugas. Terima kasih telah hadir, terima kasih telah peduli, dan terima kasih telah menjadi bagian dari harapan anak-anak kami, " tutur Mama Nowela Tabuni, salah seorang warga Kampung Mewoluk.
"Teruslah jaga niat baik ini. Laksanakan setiap tugas dengan hati, disiplin, dan tanggung jawab. Semoga apa yang telah kita lakukan menjadi ladang amal dan membawa kebaikan bagi anak-anak Papua, bagi masyarakat, dan bagi kehormatan satuan yang kita cintai, " ujar Dan TK Mewoluk, Kapten Inf Ajidin.
Menjelang akhir kegiatan, anak-anak berdiri tertib, mengucapkan terima kasih dengan suara lirih namun menyentuh hati. Pelukan hangat dan genggaman tangan menjadi ikatan batin yang tak terucapkan. Saat para prajurit beranjak pergi, tatapan penuh harap dari anak-anak Papua seolah mengatakan bahwa kehadiran mereka telah menorehkan arti yang begitu besar dalam kehidupan mereka. (Wartamiliter)

Updates.