INTAN JAYA - Di jantung pedalaman Intan Jaya, Papua Tengah, tepatnya di Distrik Homeyo, sebuah perubahan signifikan tengah bergulir. Pos Bilai, yang sebelumnya identik dengan penjagaan perbatasan, kini menjelma menjadi 'infirmary rakyat', sebuah pusat harapan dan pertolongan kesehatan pertama bagi masyarakat yang bermukim di wilayah terpencil.
Sejak Rabu (26/11/2025), Satuan Tugas (Satgas) Pamtas RI–PNG Mobile Yonif 113/Jaya Sakti, melalui Tim Kesehatan (TK) Bilai, secara resmi membuka pintu layanan pemeriksaan dan pengobatan gratis yang beroperasi tanpa henti, 24 jam sehari. Inisiatif ini digagas oleh tim medis yang dipimpin oleh Lettu Ckm dr. Fhandeka Israr, Sp.KM, seorang dokter yang telah mendedikasikan dirinya sejak awal operasi, memberikan sentuhan kemanusiaan di daerah yang terisolasi oleh medan ekstrem dan jarak yang jauh dari fasilitas kesehatan pemerintah.

"Kami memosisikan kesehatan sebagai kebutuhan mendesak, bukan sekadar program. Bahkan jika tengah malam ada ibu hamil, anak demam tinggi, atau warga butuh pertolongan, pintu pos ini selalu terbuka. Karena kami percaya, kehadiran TNI di sini juga mengemban mandat kemanusiaan, " tegas dr. Fhandeka di pos Bilai, Selasa pagi.
Lebih dari sekadar pemeriksaan rutin, Satgas juga memastikan ketersediaan obat-obatan dasar, memberikan ruang konsultasi kesehatan yang hangat, serta aktif menyebarkan edukasi mengenai pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Materi edukasi mencakup praktik sanitasi keluarga, langkah-langkah pencegahan malaria, penanganan infeksi saluran pernapasan, hingga strategi manajemen kesehatan anak yang efektif.
Keberadaan pos kesehatan ini disambut haru oleh Kepala Kampung Bilai, Marthen Kobogau (35). Ia mengakui bahwa kehadiran TNI di tengah komunitasnya telah membawa perubahan besar, terutama dalam memberikan rasa aman saat situasi darurat medis mendera.
"Akses ke puskesmas butuh perjalanan jauh, bisa 4 sampai 6 jam jika cuaca baik. Kalau hujan, bisa lebih lama lagi dan berbahaya. Sekarang, masyarakat merasa punya sandaran cepat saat ada keluarga sakit. Bukan hanya diperiksa, tapi diperlakukan seperti keluarga, " ungkapnya.
Senada dengan Marthen, Kepala Dewan Gereja Distrik Homeyo, Sabinus Sani, turut menyaksikan langsung bagaimana layanan ini menyentuh hati masyarakat.
"TNI di Bilai tidak lagi kami lihat sebatas aparat negara, tetapi juga perpanjangan tangan kasih. Kesehatan jiwa kami aman karena kampung dijaga, kesehatan raga kami dirawat karena layanan ini tak mengenal libur. Ini kemanunggalan yang sejati, " ujarnya usai mendampingi warga mendapatkan pemeriksaan.
Pantauan di lapangan menunjukkan suasana yang tertib dan aman, di mana warga dari berbagai usia, mulai dari orang tua, mama-mama Papua, hingga anak-anak, antusias datang untuk memeriksakan kesehatan. Tawa riang anak-anak terdengar saat mereka menerima bingkisan makanan ringan usai menjalani pemeriksaan.
Program “Jaya Sakti Sehat” ini menjadi pilar penting dalam mandat Operasi Militer Selain Perang (OMSP) di wilayah perbatasan. Satgas dengan bangga meneguhkan peran ganda mereka: menjaga keamanan sekaligus memberikan pelayanan dasar bagi masyarakat, sejalan dengan upaya percepatan pembangunan kesejahteraan di Papua.
Danpos Bilai, Kapten Inf Rustamiadi, menambahkan komitmen posnya untuk terus merajut kebersamaan dengan masyarakat.
"Jika bandara jadi akses logistik, jembatan jadi akses mobilitas, maka kesehatan ini jadi akses masa depan. Kami tidak hanya menyapa kampung, kami ingin menyehatkan kampung. Karena Bilai sehat, Papua kuat, " tegasnya, menyiratkan harapan besar akan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Intan Jaya melalui kesehatan.

Updates.