LANNY JAYA - Suara tawa riang anak-anak kembali terdengar di Kampung Luarem, Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, pada Jumat (28/11/2025). Selama dua tahun lamanya, ketiadaan fasilitas sekolah membuat aktivitas belajar terhenti total. Namun, kini, sebuah ruang sederhana di Gereja Baptis Karupura telah bertransformasi menjadi "rumah ilmu" bagi puluhan anak di wilayah tersebut.
"Kami sudah dua tahun tidak sekolah. Ada rasa takut, rasa rindu, tapi hari ini kami kembali belajar, " ujar Melkias (9), salah seorang murid, sembari merapikan topi sekolahnya yang sudah sedikit usang. Pengalaman kehilangan rutinitas belajar ini tentu meninggalkan jejak kerinduan mendalam bagi anak-anak seusianya.
Inisiatif "Kelas Darurat" ini lahir dari sinergi antara Satgas Yonif 408/Sbh Pos Kotis Kuyawage dan Gereja Baptis Karupura. Keduanya melihat urgensi untuk menggerakkan pendidikan generasi muda yang sempat terhenti.
Kapten Inf Soleh Arifin, Komandan Pos (Danpos) Kotis Kuyawage, menjelaskan bahwa gagasan ini bermula dari laporan personel Satgas saat melakukan patroli teritorial dan berinteraksi langsung dengan warga.
"Kami temukan anak-anak kehilangan rutinitas belajar, bahkan terbiasa bangun siang karena tak ada aktivitas pagi. Bagi kami, pendidikan bukan tugas tambahan, tapi bagian dari operasi teritorial untuk perdamaian, " tegas Soleh saat ditemui di lokasi kelas darurat yang memanfaatkan papan tulis hijau seadanya.
Anggota Satgas secara bergantian didapuk menjadi pengajar materi baca, tulis, dan hitung (calistung). Kurikulum darurat yang dirancang pun dibuat sederhana dan fungsional, mencakup aspek penting seperti kebersihan diri, disiplin waktu, baris-baris dasar, hingga pengenalan wawasan kebangsaan.
"Pendidikan di sini bukan hanya soal mengejar baca–tulis–hitung. Ini tentang membentuk keberanian, karena trauma fasilitas yang ketiadaan mengajar mereka ragu. Kami masuk untuk memulihkan itu, " tutur Sersan Dua (Serda) Rahmat, salah satu pengajar kelas darurat dari Satgas.
Pendeta Ones Tabuni, yang juga turut ambil peran sebagai guru dadakan, mengungkapkan kegembiraannya. Baginya, momen ini adalah jawaban atas doa panjang jemaat dan para orang tua murid.
"Dua tahun anak-anak kami seperti kehilangan masa depan. Saat tentara masuk jadi guru, mereka bukan hanya mengajar, mereka memulangkan harapan, " kata Ones dengan suara bergetar.
Ia menambahkan, perubahan positif mulai terlihat pada anak-anak. Yang tadinya pemalu, kini mulai berani berbicara di depan kelas, kembali aktif bermain, dan perlahan menunjukkan ritme kehidupan yang baru.
"Keceriaan yang kembali ini adalah bukti bahwa anak-anak masih punya api bermimpi, mereka hanya butuh ruang sekecil apa pun untuk menyalakannya lagi, " imbuhnya dengan penuh harap.
Apresiasi terhadap inisiatif ini turut datang dari Panglima Komando Operasi Habema (Pangkoops Habema), Mayjen TNI Lucky Avianto. Beliau menegaskan peran TNI yang tidak hanya sebagai penjaga keamanan, tetapi juga sebagai bagian integral dari solusi sosial bagi masyarakat Papua.
"Kami menyambut baik dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Satgas Yonif 408/Sbh. Inilah wujud kehadiran TNI di Papua. Prajurit kami adalah penjaga keamanan, sekaligus sahabat dan pendidik bagi rakyat, " tegas Mayjen Lucky dalam keterangan resminya, Jumat.
Mayjen Lucky menekankan bahwa hak pendidikan anak-anak ini harus tetap terjamin, bahkan jika fasilitas belum sepenuhnya memadai.
"Anak-anak ini adalah generasi bangsa yang berhak belajar tanpa menunggu gedung sempurna berdiri. Kami percaya, di balik setiap anak yang cerdas, tersimpan potensi besar membawa perubahan bagi Papua dan Indonesia, " ujarnya.
Kelas darurat ini direncanakan akan terus berjalan sembari menunggu realisasi pembangunan sekolah permanen oleh pemerintah daerah dan instansi terkait. Bagi warga Kampung Luarem, bangunan gereja berlantai papan ini mungkin terlihat sederhana, namun bagi anak-anak mereka, tempat ini telah menjadi gerbang masa depan yang kembali terbuka lebar.

Updates.