PUNCAK - Di tengah denyut kehidupan Kampung Jambul, Distrik Beoga, Puncak, Papua Tengah, aroma kebersamaan dan harapan membumbung tinggi. Kamis (27/11/2025), prajurit TNI dari Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 732/Banau tidak hanya menjaga perbatasan, tetapi juga menyentuh hati warga melalui program unik: ROSITA (Borong Hasil Tani). Mereka berbondong-bondong membeli sayuran segar, ubi jalar manis, singkong legit, pisang ranum, dan berbagai hasil bumi lainnya langsung dari tangan para petani.
Program ini bukan sekadar transaksi jual beli biasa, melainkan sebuah jembatan ekonomi yang dibangun untuk memotong kerumitan distribusi dan akses pasar yang kerap menjadi batu sandungan bagi masyarakat perbatasan. Letda Inf Djemmy Rondonuwu, Komandan Pos yang turut menginisiasi kegiatan ini, menjelaskan esensi di balik ROSITA.

“Program ROSITA ini dirancang untuk memotong rantai kesulitan pemasaran. Kami membeli hasil tani secara langsung agar petani bisa mendapat manfaat ekonomi secara cepat. Ini bukan sekadar transaksi, tapi bentuk apresiasi negara kepada warga yang terus bekerja di tengah kondisi medan yang tidak mudah, ” ujar Letda Djemmy.
Skema pembeliannya pun sangat adil, tanpa syarat yang memberatkan dan tanpa penawaran harga sepihak dari prajurit. Setiap komoditas dinilai berdasarkan kelayakan dan kesegarannya. Hasil borongan ini kemudian menjadi bekal logistik pos TNI dan sebagian disalurkan kembali untuk kegiatan sosial, menciptakan lingkaran manfaat yang positif.
Bagi Kepala Kampung Jambul, Amos Kemong, sentuhan ekonomi seperti ROSITA terasa jauh lebih bermakna dibandingkan bantuan langsung semata. Ia mengungkapkan, program ini memberikan rasa yang berbeda.
“Kalau TNI beli hasil kebun kami, itu artinya kami tidak hanya dibantu, tapi dilibatkan. Uang dari hasil panen ini langsung kami bawa pulang untuk kebutuhan keluarga. Ini yang kami butuhkan: kami bekerja, lalu ada yang menghargai hasilnya, ” kata Amos, dengan senyum merekah.
Senada dengan Amos, Mama Ingalince Waker, seorang petani, berbagi pengalaman yang mengharukan. Ia mengaku program ini telah menumbuhkan kembali asa di wilayah pegunungan yang terjal.
“Biasanya kami panen bingung mau jual ke mana. Hari ini semua dibeli habis oleh bapak TNI. Kami merasa dihargai. Hasil kebun bisa jadi berkat untuk anak sekolah dan dapur rumah, ” ujar Ingalince, matanya berkaca-kaca haru.
Albert Yano, seorang pemerhati ekonomi kawasan timur Indonesia, melihat potensi besar dalam program ini. Ia berpendapat bahwa ROSITA dapat menjadi model penggerak ekonomi lokal yang efektif, terutama di daerah yang minim akses pasar reguler.
“Ini langkah taktis jangka pendek yang efektif, terutama di wilayah tanpa akses pasar reguler. Namun ke depan, idealnya diperluas dengan pelibatan koperasi kampung atau BUMDes agar efek ekonominya berkelanjutan, ” ujar Albert, memberikan pandangan konstruktif.
Satgas Yonif 732/Banau menegaskan komitmennya untuk terus melanjutkan program ROSITA secara berkala. Upaya ini merupakan bagian integral dari pendekatan keamanan yang mengedepankan kesejahteraan masyarakat, terlebih dalam menyambut suka cita Natal dan pergantian tahun di kawasan perbatasan yang damai.

Updates.