Prajurit 408/Sbh Hadir di Nenggeagin: Duka Warga Diiringi Doa dan Dukungan

    Prajurit 408/Sbh Hadir di Nenggeagin: Duka Warga Diiringi Doa dan Dukungan

    LANNY JAYA - Di tengah kesedihan mendalam yang menyelimuti Kampung Nenggeagin, Distrik Nenggeagin, Papua, personel Satgas Yonif 408/Sbh Pos Nenggeagin menunjukkan sisi lain dari tugas teritorial TNI. Pada Jumat (28/11/2025), mereka turun langsung ke rumah-rumah warga, duduk bersama tanpa jarak, meresapi cerita pilu, dan memberikan penguatan. Kehadiran mereka menegaskan bahwa tugas menjaga wilayah tak terlepas dari menjaga jiwa dan raga manusia di dalamnya.

    Suasana kampung yang biasanya riuh terasa berbeda. Bendera Merah Putih berkibar setengah tiang, sementara warga berkumpul di rumah duka. Di tengah momen kehilangan itu, beberapa prajurit terlihat duduk di lantai papan, berdialog lirih dengan keluarga yang berduka, tanpa formalitas yang kaku.

    “Kehadiran mereka membuat kami berani menangis, lalu kembali berdiri, ” ujar Yonas Tabuni, salah satu keluarga yang sedang berduka, kepada wartawan di lokasi. Ia menambahkan, selama ini kampung-kampung di pedalaman kerap merasa sendirian dalam menghadapi kehilangan, sebelum akhirnya gerakan TNI dan gereja lebih sering menyentuh masyarakat.

    “Ketika mereka datang, kami merasa tidak sendiri lagi. Mereka dengar kami, bukan menggurui. Itu yang bikin kami kuat, ” lanjut Yonas.

    Pandangan serupa diungkapkan Bapak Omes Tabuni, seorang tokoh adat setempat. Ia menilai pendekatan humanis Satgas 408/Sbh telah berhasil membangun kepercayaan baru antara aparat dan masyarakat kampung. “Dulu orang takut bicara ke tentara. Sekarang, tentara bicara ke orang, bukan ke masalah saja. Di saat duka pun, mereka ada. Ini membuat kami makin yakin, keamanan dan kehidupan di sini harus jalan bareng, ” tutur Omes.

    Danpos Nenggeagin, Kapten Inf Subur, menegaskan bahwa kehadiran mereka di tengah duka adalah bagian integral dari komitmen operasi teritorial yang lebih luas. “Kami melihat warga punya banyak cobaan, bukan hanya soal keamanan, tapi juga kesehatan, sekolah, dan kehilangan seperti hari ini. Kalau hubungan ini tidak dimulai dari empati, kami tidak akan paham apa yang sebenarnya dibutuhkan, ” jelas Kapten Subur.

    Ia memastikan bahwa pola komunikasi sosial akan terus dijalankan secara berkala guna menjaga stabilitas sekaligus memberikan dukungan psikologis bagi warga kampung. “Kami datang bawa telinga, bukan senjata. Hari ini kami ada untuk duka, esok kami ada untuk masa depan mereka, ” imbuhnya.

    Pemerintah Daerah Lanny Jaya melalui Kepala Distrik Nenggeagin, A.T., menyampaikan bahwa keberlanjutan akses pelayanan publik di pedalaman tidak bisa lepas dari stabilitas dan komunikasi yang baik antar semua pihak, termasuk TNI. “Kami dan aparat sudah lama bahas agar ruang sosial dan keamanan di Nenggeagin ini tetap terjaga. Kehadiran Satgas saat berduka juga memberi rasa aman kolektif bagi masyarakat, ” ujarnya melalui sambungan telepon.

    Di teras rumah duka, beberapa ibu menatap para prajurit sambil memanjatkan doa. Meskipun bantuan material besar belum dapat diberikan pada momen tersebut, warga menilai kehadiran fisik para prajurit sebagai pengakuan emosional yang berarti: mereka dilihat dan dilindungi.

    (Wartamiliter)

    tni hadir saat duka nenggeagin tidak sendiri teritorial humanis papua prajurit untuk rakyat 408bawatelingabukansenjata lannyjayaberdukabersama
    Jurnalis Agung

    Jurnalis Agung

    Artikel Sebelumnya

    TNI Sulap Teras Rumah Jadi Sekolah Gratis...

    Artikel Berikutnya

    Bandara Nenggeagin Hidup Lagi Pasca 2 Tahun...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Satgas 408/Sbh Harmoniskan Papua Lewat Simbol Merah Putih di Gereja
    Pos TNI Nenggeagin: Jembatan Aman Warga Papua Tengah
    Satgas Yonif 408/Sbh: Komsos Humanis Bangun Kepercayaan di Nenggeagin
    Jembatan Satgas Yonif 712: Akses Tanpa Sekat bagi Warga Intan Jaya
    Marinus Gea: Perjalanan Politik dan Pengabdian dari Daerah Pemilihan Banten III

    Ikuti Kami