INTAN JAYA - Di tengah sejuknya udara pegunungan Intan Jaya, Papua, tepatnya di Kampung Nenggeagin, suasana akrab menyelimuti Pos Satgas Pamtas Mobile Yonif 408/Sbh pada Senin, (1/11/2025). Tanpa podium kaku atau meja komando formal, prajurit TNI justru memilih duduk bersama warga, berdialog dari hati ke hati. Suhu udara yang berkisar 12–15°C seolah menghangatkan interaksi yang terjalin, melampaui sekadar urusan keamanan.
Percakapan mengalir dari isu-isu krusial seperti pendidikan anak, hingga tantangan logistik yang dihadapi kampung terpencil ini. Momen paling menyentuh adalah ketika anak-anak kecil dengan riang bermain di pangkuan para prajurit, bahkan asyik menggambar di tanah. Ini adalah potret nyata tumbuhnya rasa percaya, sebuah pemandangan yang tak sering terekam di wilayah operasi perbatasan.
Kapten Inf Subur, Komandan Pos Nenggeagin, menegaskan bahwa pendekatan humanis ini adalah inti dari strategi operasi mereka.
"Kami memang bawa mandat negara, tapi cara kami masuk ke kampung harus dengan mandat hati. Kalau warga percaya kepada kami, keamanan lebih mudah dijaga bersama, " ungkap Kapten Subur.
Ia menambahkan, "Komsos kami lakukan rutin untuk mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan masyarakat, bukan apa yang kami anggap mereka butuhkan." Kegiatan ini juga berfungsi sebagai alat deteksi dini sosial, lebih dari sekadar forum silaturahmi.
"Informasi dari pemuda, orang tua, dan tokoh gereja membantu kami memetakan persoalan di kampung. Dari situ kami bisa menentukan langkah teritorial lanjutan: apakah membuka akses bantu logistik, pendidikan, atau pendampingan sosial, " jelas Kapten Subur.
Andreas (27), seorang tokoh pemuda setempat, merasakan betul peran positif kehadiran satgas.
"Pos ini bukan tempat menakutkan bagi kami. Kami bisa bicara bebas di sini. Kalau ada hasil kebun yang susah dibawa, atau teman kami sakit di lembah, prajurit di sini cepat turun bantu, " ujarnya.
"Bagi kami, rasa aman bukan cuma karena mereka berjaga. Tapi karena mereka selalu dengar dulu sebelum bertindak, " tambah Andreas, menggarisbawahi pentingnya pendengaran dan empati.
Mayjen TNI Lucky Avianto, Pangkoops Habema, turut mengapresiasi upaya ini, menekankan dampak sosial jangka panjang dari operasi TNI di Papua.
"Operasi di Papua tidak hanya menangkal ancaman bersenjata, tetapi menaklukkan tantangan geografi dan memenangkan kepercayaan rakyat, " tegas Mayjen Lucky Avianto dalam kutipan resmi Pangkoops.
Beliau melanjutkan, "Kalau prajurit sudah diterima sebagai bagian dari kampung, maka stabilitas itu bukan lagi tugas TNI saja itu tugas kita semua."
Kegiatan Komsos di awal tahun 2025 ini menjadi bukti nyata dinamika hubungan TNI dan masyarakat yang semakin stabil dan kolaboratif, terutama di wilayah dengan tantangan geografis tinggi. Ini menandakan pergeseran paradigma operasi: keamanan yang dibangun di atas kedekatan sosial, bukan semata-mata mengandalkan kekuatan formal.
